Melayani si sakit secara syar’i

Kalimat yang tertulis pada judul di atas maksudnya adalah, “Apa yang seharusnya diperbuat apabila ada saudara atau kerabat yang sedang sakit keras ?”, jadi bukan dimaksudkan untuk penyakit yang kadarnya biasa-biasa saja, sebab untuk penyakit yang ringan-ringan, semisal masuk angin, sakit kepala, mulas, gatal-gatal, dll, mungkin kita tidak begitu akan mengkhawatirkan terhadap si sakit. Rasa khawatir dan was-was itu biasanya baru muncul ketika penyakit yang diderita sudah tergolong berbahaya atau sakit keras, apalagi bila sudah sampai tingkat kronis atau akut.

Menghadapi saudara/kerabat yang sedang menderita sakit keras ini, umumnya kita sebagai orang awam, baik awam terhadap masalah medis dan awam pula terhadap cara melayaninya secara syar’i, maka yang sering muncul dalam benak kita adalah perasaan kalut, was-was, gelisah, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena kita tidak tahu banyak tentang penyakit tersebut, tidak tahu seberapa jauh dampaknya, berapa persen kemungkinannya untuk sembuh. Dan bila mengingat kita sebagai umat Islam, tentu dalam hati selalu ingin melayaninya sebisa mungkin tidak sampai melanggar hukum-hukum syar’i.

Kalau kebetulan kerabat/saudara yang sakit itu dalam menjalani rawat inapnya di rumah sakit semacam RS. Al Ihsan Baleendah Bandung, mungkin perasaan si sakit dan keluarganya relatif akan menjadi lebih tenang, sebab di rumah sakit tersebut selain ditangani oleh para dokter ahli, ternyata pihak rumah sakit juga menyediakan seorang Pembina Rohani, yakni KH. Maulana Ibrahim. Beliau ini seorang ulama yang cukup berpengalaman sebagai pembina rohani. Nasehat-nasehatnya mampu menenangkan emosi si sakit, dan membuat perasaan sanak keluarga si sakit menjadi lebih tentram. Tapi sayang, sepertinya belum banyak rumah sakit yang menyediakan layanan rohani sebagaimana RS. Al Ihsan ini, termasuk di berbagai rumah sakit-rumah sakit Islam. Padahal, adanya ulama semacam beliau itu amatlah penting, terutama bila penyakit yang diderita pasien tergolong keras, kronis, fatal dan tingkat kesembuhannya amat kecil. Maka Insya Allah, nasehat-nasehat pembina rohani semacam KH. Maulana tersebut akan mampu mengantar si sakit menjalani masa-masa akhir hayatnya dengan lebih tenang, bahkan insya Allah akan mampu mengantar si sakit mengucap kalimat syahadat di ujung nafasnya.

Kerisauan sebagaimana dijelaskan di atas, agaknya terdeteksi oleh sekelompok intelektual muslim yang berjiwa mulia dari Al Azhar Mesir. Sehingga mereka tergerak dan berusaha keras untuk menerbitkan sebuah buku, walau tanpa imbalan materi sepersen pun. Tidak tanggung-tanggung, sekelompok manusia yang berjiwa mulia ini sudi bersusah-payah menghubungi dan mengajak berbagai ahli medis dan ulama yang terkait, agar bersedia menyumbangkan buah pikiran dan buah penanya meski tanpa diberi imbalan. Dan usaha keras mereka itu akhirnya berhasil dengan baik, maka terbitlah sebuah buku, semacam buku panduan tentang bagaimana sebaiknya merawat dan melayani saudara/kerabat yang sedang sakit keras. Salah satu tokoh intelektual, yang juga seorang ulama kondang, yang turut menyumbangkan buah pikirannya adalah Dr.Yusuf Qardhawi. Beliau menyumbang berbagai artikel yang mengulas banyak hal mengenai bagaimana memperlakukan saudara yang sedang sakit keras dalam tinjauan syar’i.

Sebagian besar materi Labbaik edisi kali ini mengambil dari tulisan Dr.Yusuf Qardhawi tersebut. Semoga usaha penerbitan ini sedikit banyak akan dapat memberi manfaat, baik terhadap si sakit, maupun bagi keluarga dan kerabatnya. Amin.

[dari : Mukaddimah Labbaik, edisi : 033/th.04/Rajab-Sya’ban 1428H/2007M ]

2 Responses to Melayani si sakit secara syar’i

  1. booksmania berkata:

    Ada buku yang sama yang judulnya hampir kalau tidak salah “Fiqh Sakit”, terbitan Penerbit Arafah, komunitas Nguruki Surakarta.

  2. labbaik berkata:

    Terima kasih informasinya, insya Allah kalau Labbaik menemukan buku tersebut akan membelinya.

Tinggalkan komentar